Pendahuluan.
Jika kita melihat perkembangan pendidikan di Indonesia, maka salah satu yang perlu kita cermati yaitu pendidikan sekolah menengah kejuruan, sebagai salah satu tingkat sekolah yang mempersiapkan lulusannya mempunyai ketrampilan sesuai dengan kejuruan yang dipelajarinya,
Kita tahu bahwa perkembangan pendidikan selalu tidak lepas dari perubahan yang terjadi dimasyarakat, sehingga pendidikan harus mengikuti apa yang sedang bekembang dan terjadi.
Perkembangan pada masyarakat industri terjadi sangat cepat, karena dengan majunya dibidang teknologi industri, maka tak heran bila pasar kerja yang dibutuhkan adalah tenaga-tenaga yang mampu mengoprasikan teknologi industri tersebut, jangan heran bila out put pendidikan tidak dapat terserap oleh dunia usaha/.industri, bila pendidikan tidak mengikuti perubahan yang terjadi pada dunia usaha/industri.
Pada masa sekarang pasar kerja dibutuhkan tenaga yang trampil, mempunyai ethos kerja, dan profesional, karena dunia usaha/industri secara ekonomi tidak mau menanggung beban biaya yang tinggi dalam menyiapkan tenaga kerja , sebab akibatnya nantiya dunia usaha tidak berjalan secara efisien yang berakibat merugikan.
Dengan melihat tuntutan dari dunia kerja, maka sekolah menengah kejuruan sebagai salah satu mesin untuk memproduksi lulusan yang memenuhi standar ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja harus mau mengadakan perubahan yang mengarah pada kebutuhan dunia industri.
Sebenarnya pada pasar kerja disana banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk memasuki dunia industri akan tetapi out put pendidikan ternyata ketrampilannya tidak sesuai dengan kebutuhan tersebut maka akhirnya hasil pendidikan tidak terserap pada pasar kerja. Untuk itu dunia pendidikan harus mau melihat apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja sehingga link and match.akan terwujud.
Perlu adanya terobosan.
Agar dunia pendidikan khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan dapat mengikuti tuntutan pasar kerja yang tentunya tamatannya akan dikonsumsi oleh dunia usaha/industri harus segera mengambil langkah kongkrit yaitu :
1. Merevisi kurikulumnya.
Dengan menyusun kurikulum SMK yang mengimbangi perkembangan pada pasar kerja, Mengapa Kurikulum Perlu Direvisi ?.
Berkenaan dengan hal tesebut pada SMK perlu merevisi kurikulumnya, yaitu dari Kurikulum 1994 direvisi menjadi Kurikulum Edisi 99 dengan menyerap aspirasi dan masukan dari dunia usaha/industri sehingga nantinya out put dari SMK dapat diterima oleh pasar kerja.
Dalam UU RI NO. 2 Tahun 1989, pasal 10, ayat 3, bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Sedang tujuan peididikan di SMK, berdasar Peraturan Pemerintah No. 1489/U/1992, pada pasal 2, ayat (1) yaitu : 1. Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau meluakan pendidikan dasar ; 2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya ; 3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan Kesenian ; 4. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.
Dengan melihat tujuan diatas tentunya dalam merevisi kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar disana tergambar ketrampilan-ketrampilan yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada dunia usaha/industri.
Kurikulum SMK Edisi 99. yaitu kurikulum SMK yang telah diadakan penyesuaian dirancang untuk menjawab semua tantangan yang terjadi pada pasar kerja, disini menggunakan pendekatan Competencies Based Curriculum (CBC) dan Broad Based Curriculum (BBC) yang memiliki daya suai tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum ini telah melalui proses validasi dengan pihak dunia usaha/industri sebagi pengguna (User), yaitu melalui kelompok bidang keahlian (KBK) ditingkat MPKN.
Secara umum dikelompokkan dalam 7 kelompok yaitu ; Binis dan Manjemen, Teknologi dan Industri, Pertanian dan Kehutanan, Kesejahteraan Masyarakat, Pariwisata, Seni dan Kerajinan, dan kurikulum SMK itu sendiri dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu : Normatif, Adaptif, Produktif dengan sistem pembelajaran menggunakan sistem semester sehingga memungkinkan waktu belajar lebih lama dan beban pembelajaran dalam setahun untuk tingkat I sebayak 2000 jam, tingkat II sebanyak 2000 jam, dan tingkat III sebanyak 1800 jam, sehingga apabila satu tahun ada 40 minggu maka setiap minggu beban belajarnya kurang lebih 50 jam.
Ciri yang menonjol disini yaitu untuk semua bidang keahlian ada program diklat komputer dan kewirausahaan, dimana pada diklat kewirausahaan dirancang terstruktur tetapi lebih menonjolkan pada pengalaman empiris peserta didik (learnign by experience dan learning by doing).
Pada kurikulum ini peran dunia usaha/industri besar sekali karena pembelajran menggunakan sistem Dual Based Program yaitu pembelajaran sdiselenggarakan disekolah dan didunia usaha/industri, oleh karena itu sekolah diharuskan melakukan analisis profil/sub profil dan analisis jenis-jenis pekerjaan yang ada pada dunia kerja, dengan demikian kesenjangan antara SMK dengan dunia usaha/industri dapat ditekan serendah mungkin, sekolah diharapkan betul-betul dapat melaksanakan program kurikulum secara taat azas agar dapat menjawab tantangan zaman secara cepat.
Kurikulum Edisi 99 sebenarnya mempunyai keunggulan yaitu : 1. Broad Base Curriculum, yaitu : a. Cakupan bidang keahlian yang memungkinkan fleksibilitas menghadapi masa depan yang penuh dengan kemungkinan perubahan. b. Memberikan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang betul-betul dasar bagi pengembangan selanjutnya. c. Memberikan ketrampilan dasar secara mendasar, dengan teknik kerja yang hemat, sebagai dasar pengembangan profesi. 2. Competensi Based Curriculum, yaitu : a. Berdasar paket-paket program. b. Setiap paket program mengacu pada pencapaian kompetensi tertentu. c. Setiap kompetensi memakai acuan kriteria terstruktur. 3. Mastery Learning (Belajar Tuntas), yaitu : a. Setiap siswa harus menguasai kompetensi setiap satuan pengajaran sampai tuntas. b. Siswa tidak diperkenankan beranjak kesatuan pekerjaan/pelajaran berikut, sebelum tugas yang sedang dikerjakan selesai secara tuntas. c. Pengajaran siswa dilayani secara individual. d. Siswa yang belum menyelesaikan pekerjaan/pelajaran dalam waktu yang ditentukan, diberi pelajaran pengulangan (remidial). 4. Budaya Kerja.Yaitu suatu pendekatan untuk membiasakan kegaitan siswa di sekolah menyerupai kebiasaan orang bekerja di dunia usaha/industri. Proses pembiasaan ini, merupakan bagain program pendidikan, mempersipakan siswa memasuki dunia kerja. 5. Key Competencies (Kompetensi Kunci). berfungis untuk meningkatkan keunggulan melalui : a. Kemampuan berpikir logis melalui penguasaan matematika dan ilmu pengetahuan. b. Kemampuan berkomunikasi melalui penguasaan bahasa. c. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain (team building/team work). d. Kemampuan penguasaan teknologi, termasuk penguasaan komputer. e. Kemampuan mengorganisasikan perkejaan. 6. Unit Produksi, berfungis dan berperan : a. Menjadi “Means”(alat) untuk menuntun sekolah berwawasan bisnis. b. Menuntun sekolah berorientasi pasar, peduli pada pesaing mutu, selera dan waktu pemasok. c. Melengkapi dan menjadi tempat praktek kerja industri sebagai bagian dari program PSG. d. Memberikan penghasilan, menambah kesejahteraan pihak-pihak terkait. 7. Filosofi substansinya ada bebarapa perubahan istilah yaitu : a. Mata pelajaran menjadi Progam Pendidikan Latihan (diklat). b. Pengorganisasian Kegiatan Belajar mengajar dari sistem Cawu menjadi Semester. c. Kegiatan belajar berdasar jumlah jam perminggu diganti menjadi jumlah jam pembelajaran dalam satu tahun.
Implementasi Kurikulum Edisi 99. Kurikulum Edisi 99 disusun sangat flexsibel sehingga membuka peluang untuk menyusun program pembelajaran antara sekolah bersama dengan dunia usaha/industri sehingga akan menjadikan program pembelajaran yang sangat efektif dan berdaya guna, selain itu keberhasilan dalam penerapannya Kurikulum Edisi 99 juga tidak lepas dari faktor-faktor yang antara lain yaitu Pertama Guru yang betul-betul memahami tuntutan yang ada pada kurikulum baik materi pembelajaran maupun ketrampilannya, jika perlu guru harus magang pada dunia usaha/industri, Kedua sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran harus betul-betul dipersiapkan agar peserta didik dapat praktek ketrampilan denga peralatan atau mesin-mesin yang tesdia sesuai dengan kondisi yang ada pada dunia usaha/industri, Ketiga Proses Belajar Mengajar harus disusun dalam suasana yang kondusif dan menggairahkan baik bagi gurunya maupun peserta didiknya, sehingga proses pembelajaran 70 % pratek dan maksimal 30 % teori tercapai, dan pelaksanaanya disekolah dan didunia usaha/industri.
2. Pendidikan Sistem Ganda.
Sejak dicanangkanya konsep Pendidikan Sistem Ganda, yaitu suatu model penyelengaraan pendidikan yang mengarah pada pembekalan siswa dengan berbagai ketrampilan keahlian sesuai dengan bidang yang ditekuni, maka terjadi banyak perubahan yang semula dari kultur SMK konvensional dimana “Sekolah untuk sekolah” menjadi SMK Kompetitif yang menitik beratkan pada “Sekolah untuk masyarakat”, perubahan tersebut bermula dari konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) proses belajar mengajar tidak lagi hanya disekolah tetapi melibatkan dunia kerja atau dunia usaha/dunia industri.
Untuk menghasilkan tamatan yang mempunyai kualitas profesional, trampil dan kompetitif dalam industri, maka Dirjen Dikmenjur menggariskan bahwa kebijaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi SMK di Indonesia sudah amat mendesak untuk segera dilaksanakan sendiri oleh sekolah melainkan melibatkan Dunia Kerja/Industri.
Program PSG ini meliputi keseluruhan program Sekolah mulai dari kelas I sampai terakhir dengan tujuan sbb: 1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahliahn profesional. 2. Memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara sekolah dengan dunia kerja. 3. Meningkatkan efisiensiproses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. 4. memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian proses pendidikan.
3. Pemantapan PSG dengan memberdayakan Majelis Sekolah.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan PSG yaitu penyelenggaraan Uji Kompetensi, untuk mengukur tingkat penguasaan ketrampilan yang diperoleh pada Dunia Usaha/Industri. Bahwa uji kompetensi melibatkan berbagai pihak salah satunya yaitu Majelis Sekolah, kerena Majelis Sekolah merupakan kebutuhan mutlak bagi SMK yang menyelenggarakan PSG, Majelis Sekolah adalah organisasi yang mewakili Dunia Usaha dan Industri menjadi pasangan SMK dalam melaksanakan PSG.
Dalam penyelengaraan Uji Kompetensi tentunya harus betul-betul dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar hasil yang didapat nanti betul-betul dapat mengukur ketrampilan yang menjadi kompetensi bagi para siswa peserta PSG., tentunya peran aktif dari Majelis Sekolah diharapkan sekali, karena Majelis Sekolah akan menjembatani dalam penyelenggaraan PSG dan diakhiri dengan Uji Kompetensi nantinya. Sekolah dalam penyelengaraan Uji Kompetensi ini harus melibatkan secara aktif Pimpinan Sekolah yaitu meliputi Kepala Sekolah, Wakasek, Ketua Jurusan/Program Studi/Rumpun, Pokja PSG, harus berani melihat dari sisi positif, bahwa kehadiran dan peranan Majelis Sekolah adalah untuk membantu peningkatan mutu pendidikan pada SMK, jangan dilihat dari sisi negatifnya bahwa Mejelis sekolah merepotkan kegaitan sekolah, akan tetapi sekolah harus dapat memberdayakan Majelis Sekolah dengan sebaik-baiknya.
Majelis Sekolah pada dasarnya berperan sebagai organisasi yang ikut menentukan kebijaksanaan dan keberhasilan PSG, mempunyai tugas sbb: 1. Menjadi mitra sekolah menengah kejuruan dalam mendekati dan mengajak Dunia Usaha/Industri agar bersedia menjadi pasangan SMK dalam pelaksanaan PSG. 2.Menjadi mitra SMK dalam merumuskan dan penandatangana naskah kerja sama pelaksanaan PSG. 3. Memonitor pelaksanaan PSG baik di Sekolah mapupun di Dunia Usaha/Industri. 4. Memotivasi SMK dalam pelaksanaan PSG di dunia Usaha/Industri. 5. Membentuk tim uji komptensi/profesi. 6. Memasyarakatkan PSG.
Dengan terbentuknya Majelis Sekolah, maka sekolah tinggal memanfaatkan dan mengaktifkan kegiatannya sehingga pendidikan nantinya tidak ketinggalan lagi dengan perkembangan yang sangat pesat di Dunia Usaha/Industri. Manjelis sekolah merupakan sarana untuk memajukan sekolah, dengan adanya satu langkah dan saling mengisi antara Sekolah dengan Majelis Sekolah, dengan memalui kegiatan PSG yang terprogram secara matangn, dan terarah serta berkesinambungan, maka akan menghasilkan tamatan berkualitas dan profesional.
4. Pemasaran Lulusan.
Keberhasilan dari sekolah menengah kejuruan dapat diukur dari berapa banyak lulusanya yang terserap oleh dunia kerja. Oleh karena itu sekolah menengah kejuruan membentuk wadah untuk memasarkan lulusanya yaitu Bursa kerja Khusus, merupakan lembaga dalam sekolah yang mempunyai fungsi untuk memasarkan lulusan dengan menawarkan kepada dunia industri, dalam hal ini harus bekerja sama dengan pihak Depnaker, Perusahaan Pengerah Calon Tenaga Kerja Indonseia (PPCTKI), dan lembaga-lembaga yang menyediakan kesempatan kerja.
5. Penyediaan Sarana Praktek.
Yang lebih penting yaitu tersedianya sarana praktek yang memadai, agar siswa dapat praktek sesuai dengan ketrampilan yang dituntut oleh dunia industri.
Penutup.
Demikian beberapa hal yang perlu kita implementasikan pada sekolah menengah kejuruan agar pamornya dimasyarakat akan terangkat keberadaanya, terlebih sekarang dunia industri membutuhkan tenaga-tenaga yang siap memasuki dunia kerja, tentunya tanaga kerja yang trampil, mempunyai ethos kerja.
Rabu, 19 Mei 2010
MENGANGKAT PAMOR SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Diposting oleh Azis di 06.42
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar