Hujan semakin deras saja sore itu, hari-hari yang indah, si Joy dan Rita selalu bersama sepulang sekolah.
“Rita, esok di jemput atau mau bonceng si merah ?, sebutan motor tua si Joy. Joy pakai motor sejak kelas dua setelah ayah tercintanya yang mirip Jhon Lenon itu pulang ke Rahmatillahi karena kecelakaan.
Ritapun sejenak terdiam lalu menjawab dengan spontan “bonceng si merah aja dech” dengan sedikit senyum manis.
Rita anak satu-satunya dalam keluarga Bapak Kertaraharja yang terkenal sukses dalam dunia bisnis perdagangan ternak.
Impian-impian tak selalu indah kata pepatah, memang benar impian Romeo dan Juliet ini pun sepertinya akan ada gerimis di pagi hari.
“Joy, tiap datang tolong dong ganti jaketmu yang lusuh itu,” ucap Rita dengan penuh sopan, sejak mamah Rita melihat dandanan si Joy yang apa adanya itu mamah Rita mulai nggak suka dengan Joy yang memang anak orang sederhana.
“Rita, bukanya aku nggak mau tapi biarlah aku apa adanya toh orang lain tidak ikut membiyayai aku hidup, aku masih muda Rita” cerocos Joy sedikit emosi, karena Joy merasa prinsip hidupnya mulai di otak-atik orang lain.
Itu ada hubunganya dengan Rita, primadona SMK Banjarnegara, postur Rita yang mirip VJMTV Nadiahutagalung itu selalu jadi bidikan para cowok-cowok borju.
Sebulan sudah perbedaan itu menjadi topik masalah yang membuat mereka berdua agak saling renggang. Rita terlalu mengambil hati semua ucapan mamah, Dian si sahabat karibnya dan teman-teman yang lain.
Raut wajah imut itu selalu muram, cemberut, jengkel dan marah yang bercampur aduk, tiap Joy datang bermalam minggu,Rita selalu menolak tawaran Joy pulang sekolah bersama.
Kini hari-hari terlewati dengan hujan badai. Semua serasa gelap bagi hari-hari Joy,
“Rita, aku pamit……..”
“Aku mau ke Gunung Kerinci, mungkin aku bolos satu minggu”
dengan gundah Joy pamit ,“Hati-hati.” Ucap Rira dengan cemberut.
Hari-hari serasa sepi Rita selalu termenung, pikiran dan hatinya selalu bertengkar.
“Joy seandainya engkau mau merubah penampilanmu aku akan berjanji setia selalu.”
Sore itu hari Rabu tepatnya empat hari setelah kepergian Joy ke gunung Kerinci .
Ting……………….tong………..(suara bel berbunyi)
Rita, ada tamu, suara mamah Rati sedikit teriak dari dapur,
“Joy,………Kok kamu cepet sekali pulang !”
“E…………..iya Rita aku memutuskan merubah semua penampilanku yang yang selama ini nggak kamu suka, mamah, ataupun teman-teman kamu.
Rita seolah tak percaya Joy tampil dengan rapi.
“O…………iya Rita ini dua tangkai bunga edelwis dari gunung Kerinci untuk yang terakhir kali.”
Malam itu Rita riang bukan main, mamah papahnya di ciumi berulang-ulang.
Ting…………tong…………
“jangan-jangan Joy datang,” pikir Rita dalam hati.
“Udin, masuk ! sama siapa kamu………?”
“Sendiri Rita, Aku………..E………Aku……….aduh.”
sedikit gugup, takut idin menjelaskan semua keadaan.
“Rita,…….maaf…….E….”
“Joy kecelakaan di kerinci di temukan tadi sore di jurang ketinggian 3500 M DPL.
“Jadi……………”
“Sekarang si Joy di mana ?” tanya Rita dengan nada lirih.
“Joy dirawat di rumah sakit Fatmawati” jawab Udin dengan rasa kasihan.
“kamu maukan, besok antar aku ke rumah sakit?” pinta Rita.
“iya Rita, saya jemput jam 09.00.”
“Baiklah, sampai jumpa besok.”
Matahari mulai terbit menandakan hari sudah siang, dengan perasaan sedih Rita bangun dari tempat tidurnya, langsung menuju kamar mandi. Seusai mandi Rita menuju ruang makan. Ternyata mamah papah sudah menunggu Rita untuk sarapan pagi bersama.
Memang kebiasaan keluarga Rita, setiap kali hari minggu pasti menghabiskan waktunya untuk bersama-sama keluarga.
“Tumben Rit,……….Kamu bangun pagi-pagi, biasanya kalau libur bangunya siang ?” tanya mamah Rita.
“Rita mau besuk Joy, mah………….” Jawab Rita dengan menundukkan kepala.
“Loh………..memang si Joy kenapa ………?”
“Joy jatuh di gunung Kerinci mah.”
“Terus sekarang di rawat di Fatmawati” jelas Rita pada mamahnya.
“Jam berapa kamu berangkat…..?”
“Nanti mah di jemput udin.”
Dengan perasaan sedih, rasa bersalah dan menyesal Rita menunggu jemputan udin di teras, dalam hati rita berkata “mengapa aku begitu tega membiarakan kamu tersiksa Joy” tiba-tiba Rita di kagetkan dari lamunanya oleh suara motor udin.
“Tit………….tit…………..(suara klakson motor udin) dengan rasa cemas udin langsung menuju pintu pagar.
“Ayo din…..udah jam 09.00 nich, entar keburu jam besuk usai,”
Udin dan Ritapun berlalu dari halaman rumah Rita, setibanya di pelataran parkir Rita langsung menanyakan pada udin “Di ruang apa Joy di rawat din….? “di ruang melati” jawab udin.
“Ayo din cepat, Aku ingin cepat ketemu Joy” Ajak rita.
Setelah diketemukan ruang melati, dengan ragu-ragu Rita masuk ke dalam ruangan itu, karena pikiran Rita selalu di selimuti oleh rasa bersalah oleh Joy.
“Joy………………….”
“Rita………………! Sama siapa kamu Rit…………..?”
“Sama udin”
Keduanya saling berbincang-bincang dan melepas rindu , karena sekian lamanya Rita berpisah sama si Joy, sejuta kerinduan pu tersimpan dalam benak mereka masing-masing.
“Kapan kamu di perbolehkan pulang Joy……..?”
“Kalau nggak salah besok “
“iya dech, aku pulang dulu yach”
“Hati-hati Rit…….”
“O……..iya, besok aku jemput kamu boleh nggak?”
“Buat kamu aku selalu memperbolehkanya”
“Makasih Joy.”
Betapa bahagianya Rita, melihat sang pujaan hati sudah sembuh, dan esok kan bersamanya lagi.
Hari-hari Rita kini selalu berawal bersama Joy…….perbedaan prinsip hidupnya tiada lagi, sepertinya pasangan ini bagaikan langit dan bumi yang tiada batas akhir dalam kisah kasihnya.
Kisah panjang yang sangat melelahkan Rita dan si Joy kini telah terlewati dengan ketegaran hati masing-masing.
Sepulang sekolah tepatnya hari sabtu Rita bersama Joy, mereka saling bercanda dan tertawa asyik membicarakan masalah libur hari tenang menghadapi EBTA-EBTANAS.
“Rit,………nanti malam kamu ada acara nggak?’
“Enggak tuh, habis mamah papah enggak pergi sich.”
“Boleh nggak aku datang”
“tentu boleh”
Sampai di depan rumah, Rita langsung turun dari motor Si Joy.
“Makasih ya Joy…”
“Sampai jumpa nanti Rit.”
Dengan perasaan bahagia Rita masuk rumah langsung menuju ke kamar. Jam 19.30 tepat Rita menunggu kehadiran Joy di ruang nonton TV bersama mamah papahnya.
Ting……….tong……..
“Lihat Rit, siapa yang datang” Perintah mamah Rita.
“Kamu Joy…….masuk!”
“Makasih Rit”
“Kok sepi, mamah papah kamu ke mana?”
“Ada di dalam, lagi nonton TV.”
Tak terasa waktu terus berputar jarum jam menunjukkan pukul 21.00 WIB Joy pun segera pamit untuk pulang.
“Aku pulang dulu yach Rit……….”
“Hati-hati di jalan macet, Joy”
Libur sekolah telah usai, murid-murid SMK Tamansiswapun mulai masuk sekolah lagi, tidak ketinggalan pula dengan Rita dan Joy yang sedang sibuk belajar untuk mempersiapkan menghadapi EBTA_EBTANAS.
Hari senin EBTA_EBTANAS dimulai, Rita dan Joy berjuang memperebutkan nilai yang sebaik mungkin. Senin depanya lagi ujian telah berakhir, pengumuman di laksanakan hari sabtu, rasa tak sabar rita ingin melihat hasil ujian itu diantara lulus dan tidak. Joy pun gemetar mendengar pengumuman itu. Ternyata kedua-duanya lulus dengan hasil yang memuaskan.
“Hari ini kita makan-makan yuk……” ajak si Joy.
“Aku aja dech yang traktir hari ini” tawar Rita.
“Omong-omong lagi banyak duit nich?”
“Lumayan sich cukuplah buat makan kita berdua.”
Setelah acara makan-makan selesai Si Joy dan Rita langsung pulang, Rita diantar Joy sampai depan rumah, setelah itu Joy langsung pulang.
Betapa bahagianya orang tua mereka yang mendengar anaknya lulus sekolah dengan hasil yang memuaskan.
Akhir sebuah kisah panjang Rita dan Joy pun terpaksa harus berpisah, sebulan setelah kelulusan mereka berdua, Rita terpaksa meninggalkan Joy untuk kuliah di Australia, sementara Joy bekerja di perusahaan Textile.
Dengan di iringi tetesan air mata terpaksa Rita harus pergi, sungguh berat rasanya Rita meninggalkan si Joy, begitupun sebaliknya dengan si Joy , demi cita-cita Rita, si Joy rela melepaskan Rita tut menuntut ilmu di negeri seberang.
“Jaga diri kamu baik-baik di sana Rit……” ucap si Joy.
Perasaan duka, bersedih, tak ingin berpisah sama si Joy Rita berkata
“Aku janji Joy, aku akan jaga diri baik-baik demi kamu”
“Makasih Rit kamu mau mengerti perasaan ku.”
“Moga Tuhankan mempertemukan kita kembali suatu saat” pinta Joy dalam hati.
Walau jarak memisahkan Rita dan Joy namun jalinan kasih diantara mereka tetap berjalan, walau tak semulus seperti dulu, tak ada aral sedikitpun. Betapa sucinya jalinan kasih di antara mereka, dengan setia Joy tetap menunggu kehadiran Rita di sisihnya lagi.
Penantian Joy ibarat air yang terus mengalir, yang tak pernah mengenal lelah dalam penantian tanpa batas.
Rabu, 19 Mei 2010
BUNGA EDELWYS YANG TERAKHIR
Diposting oleh Azis di 06.37
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar